Tatanan Sosial dan Pengendalian Sosial
Kita
hidup dalam suatu lingkungan sosial yang bukan apa adanya. Lingkungan
sosial tersebut mempunyai sejumlah prasyarat yang menjadikannya dapat
terus berjalan dan bertahan. Coba Anda identifikasi prasyarat apa saja
yang ada pada lingkungan sosial Anda? Prasyarat-prasyarat inilah yang
kita sebut tatanan sosial (sosial order).
Suatu
lingkungan sosial di mana individu-individunya saling berinteraksi atas
dasar status dan peranan sosial yang diatur oleh seperangkat norma dan
nilai diistilahkan dengan tatanan sosial. Pada saat kita berbicara
tentang tatanan sosial, ada beberapa konsep penting yang perlu
didiskusikan yaitu tentang: struktur sosial, status sosial, peranan
sosial, institusi sosial, serta masyarakat.
Struktur Sosial
Struktur
sosial adalah salah satu elemen tatanan sosial. Struktur sosial adalah
tatanan atau susunan sosial yang membentuk kelompok-kelompok sosial
dalam masyarakat. Susunannya bisa vertikal atau horizontal. Terdapat
beberapa definisi tentang struktur sosial, yang dirumuskan oleh para ahli, antara lain:
· George Simmel: struktur sosial adalah kumpulan individu serta pola perilakunya.
· George
C. Homans: struktur sosial merupakan hal yang memiliki hubungan erat
dengan perilaku sosial dasar dalam kehidupan sehari-hari.
· William Kornblum: struktur sosial adalah susunan yang dapat terjadi karena adanya pengulangan pola perilaku undividu.
· Soerjono Soekanto: struktur sosial adalah hubungan timbal balik antara posisi-posisi dan peranan-peranan sosial.
· Erich Goode (1988): struktur sosial sebagai jaringan yang saling berhubungan, yang secara normative mengarahkan hubungan sosial yang ada di masyarakat
Status Sosial
Sehubungan
dengan struktur sosial dikenal istilah status. Secara umum status
dipahami sebagai urutan orang berdasarkan kekayaannya, pengaruhnya,
maupun prestisenya. Akan tetapi sosiolog mengartikan status sebagai
posisi di dalam kelompok atau masyarakat. Artinya letak seseorang di
antara orang yang lainnya dalam suatu struktur sosial. Contoh status
adalah ibu, kyai, teman, tentara, orang kulit hitam, dan lain-lain.
Sehubungan dengan status ini, dibedakan antara ascribed statuses (status
yang diperoleh) dan achieved statuses (status yang diraih). Di samping
ascribed statuses dan achieved statuses, juga terdapat master statuses.
Master statuses adalah kunci atau inti dari status yang mempunyai bobot
utama dalam interaksi dan hubungan sosial seseorang dengan orang yang
lainnya (Zanden, 1993).
Peranan Sosial
Selain
konsep status sosial, di dalam struktur sosial terdapat juga konsep
peranan sosial. Konsep peranan sosial mengacu pada pengertian tentang
serangkaian hak dan tugas yang didefinisikan secara kultural. Sehingga
dengan demikian perilaku individu dilihat sebagai sesuatu yang penting
atau tidak penting dalam hubungannya dengan status. Secara sederhana
dapat dikatakan perbedaan antara status dan peran adalah bahwa kita
memiliki status dan kita memerankan peran sosial. Peranan adalah
perilaku yang diharapkan sehubungan dengan status yang dimiliki. Role
performance adalah perilaku aktual seseorang sehubungan dengan
statusnya. Dalam kehidupan nyata sering kali terjadi gap antara apa yang
seseorang seharusnya lakukan dengan apa yang seseorang lakukan. Satu
status tertentu mungkin mempunyai aneka ragam peranan yang harus
dimainkan. Hal inilah yang disebut dengan role set. Contohnya Anda
sebagai kepala keluarga tidak hanya berperan sebagai pemimpin bagi
anggota keluarga Anda, melainkan juga berperan sebagai pencari nafkah,
wakil keluarga Anda dalam kegiatan-kegiatan sosial di kampung, dan
lain-lain.
Institusi Sosial
Elemen
yang lain dari struktur sosial adalah institusi sosial. Institusi
sosial berkaitan erat dengan upaya individu untuk memenuhi kebutuhannya,
di mana untuk itu individu berusaha membentuk dan mengembangkan
serangkaian hubungan sosial dengan individu lainnya. Serangkaian
hubungan sosial tersebut terlaksana menurut pola-pola tertentu. Pola
resmi dari suatu hubungan sosial ini terjadi di dalam suatu sistem yang
disebut dengan sistem institusi sosial. Istilah institusi sudah lama
digunakan dalam kajian sosiologi. Istilah institusi sosial berasal dari
bahasa Inggris institution. Sehubungan dengan pengertian
institusi sosial ini, beberapa ahli telah berusaha mendefinisikannya,
salah satunya definisi dari Judson R. Landis (1986: 255) yang
mendefinisikan institusi sosial sebagai norma-norma, aturan-aturan, dan
pola-pola organisasi yang dikembangkan di sekitar kebutuhan-kebutuhan
atau masalah-masalah pokok yang terkait dengan pengalaman masyarakat.
Dari definisi ini maka bisa kita pahami bahwa institusi sosial merujuk
pada upaya masyarakat untuk memenuhi kebutuhan atau untuk mengatasi
masalah. Para sosiolog telah berusaha membuat
penggolongan institusi sosial yang ada di masyarakat atas dasar fungsi
dari institusi sosial tersebut. Apa saja jenis-jenis institusi sosial,
telah saya rangkumkan sebagaimana berikut ini.
Institusi Sosial
|
Fungsinya
|
Contohnya
|
Kinship/domestic
institutions
|
1. mengatur perilaku seksual
2. memelihara kelangsungan
keturunan melalui kelahiran
3. merawat dan melindungi anak
4. menyosialisasikan anak
5. mengatur penempatan status, sebagai penerusan warisan
sosial
6. mencukupi kebutuhan
ekonomi sebagai unit pokok produksi dan konsumsi
|
perkawinan, tolong
menolong antar kerabat,
pengasuhan kanak-
kanak, sopan santun
pergaulan antar kerabat,
sistem istilah
kekerabatan, dan lain-lain
|
Economic institutions
|
1. produksi barang dan jasa
2. distribusi barang danjasa serta
Pendistribusian sumber daya ekonomi (tenaga dan peralatan)
3. konsumsi barang dan jasa
|
pertanian, peternakan,
pemburuan, industri,
barter, koperasi
penjualan,
penggudangan,
perbankan, dan
sebagainya
|
Educational institutions
|
1. memberikan persiapan
bagi peranan-peranan
pekerjaan
2. bertindak sebagai perantara pemindahan
warisan kebudayaan
3. memperkenalkan kepada individu- individu tentang berbagai peranan
dalam masyarakat
4. mempersiapkan para individu dengan berbagai peranan sosial yang dikehendaki
5. memberi landasan bagi
penelitian dan pemahaman status relatif
6. memperkuat penyesuaian diri dan mengembangkan
hubungan sosial
|
pengasuhan kanak-
kanak, pendidikan rakyat,
pendidikan menengah,
pendidikan tinggi,
pemberantasan buta
huruf, pers, perpustakaan
dan lain-lain
|
scientific institutions
|
1. meningkatkan kemampuan melalui pengikutsertaan dalam
riset-riset ilmiah
|
metodologi ilmiah,
penelitian, pendidikan
ilmiah, dan sebagainya
|
aestethic/recreational institutions
|
1. memenuhi keperluan
manusia untuk
penghayatan rasa
keindahan
2. memenuhi keperluan
untuk rekreasi
|
seni rupa, seni suara, seni
gerak, seni drama,
kesusasteraan, olah raga,
dan sebagainya
|
Somatic institutions
|
1. memenuhi keperluan
fisik dan kenyamanan
|
pemeliharaan kecantikan,
pemeliharaan kesehatan,
kedokteran, dan lain-lain
|
religious institutions
|
1. bantuan terhadap
pencarian identitas moral
2. memberikan
penafsiran-penafsiran
untuk membantu
menjelaskan keadaan
lingkungan fisik dan
sosial seseorang
3. peningkatan kadar
keramahan bergaul,
kohesi sosial, dan
solidaritas kelompok
|
doa, kenduri, upacara
ritual, meditasi, bertapa,
penyiaran agama,
pantangan, ilmu gaib, ilmu
dukun, dan sebagainya
|
political institutions
|
1. memenuhi kebutuhan
manusia untuk
mengatur dan
mengelola
keseimbangan
kekuasaan
2. pelembagaan norma
melalui undang-
undang yang
disampaikan oleh
badan-badan
legislative
3. melaksanakan undang-
undang yang telah disetujui,
4. penyelesaian konflik
yang terjadi di antara
anggota masyarakat
5. melindungi warga
negara dari serangan
bangsa-bangsa lain
dan pemeliharaan
kesiapsiagaan
menghadapi bahaya
|
pemerintahan, demokrasi,
kehakiman, kepartaian,
kepolisian, ketentaraan,
dan sebagainya
|
Penggolongan
institusi sosial sebagaimana yang terdapat dalam Tabel 1 memang belum
mewakili semua institusi sosial yang ada di masyarakat. Kejahatan,
pelacuran, korupsi juga merupakan institusi sosial. Selain itu suatu
aspek bisa saja masuk ke dalam dua atau lebih golongan institusi sosial,
misalnya pengasuhan kanak-kanak bisa masuk ke dalam kinship/domestic
institutions dan educational institutions. Di samping itu juga bisa
terjadi pengalihan fungsi dari institusi social yang satu pada institusi
sosial lainnya. Pengalihan fungsi ini terjadi apabila institusi sosial
tersebut tidak lagi berhasil memenuhi kebutuhan yang harus diberikan,
dan dua atau lebih institusi sosial mampu
memenuhi suatu kebutuhan tertentu, tetapi tetap ada salah satu di antara
institusi-institusi sosial tersebut yang mempunyai kemampuan paling
tinggi. (Zanden, 1993)
Masyarakat
Salah
satu bentuk dari tatanan sosial adalah masyarakat. Kita tahu bahwa
sebagai makhluk sosial kita hidup di dalam masyarakat. Sebagai individu
kita tidak bisa melepaskan diri kita dari ketergabungan kita ke dalam
masyarakat. Dengan bergabung di dalam masyarakat, artinya dengan
mengembangkan hubungan sosial dengan individu lainnya, maka aspek
kemanusiaan kita menemukan bentuknya. Sebagai makhluk sosial, manusia
adalah jenis makhluk hidup yang hidup dalam kolektivitas. Terdapat
berbagai macam bentuk kolektivitas, tetapi yang umum dikenal adalah apa
yang disebut dengan masyarakat. Istilah masyarakat dalam bahasa Inggris
di sebut society, dalam bahasa latin diistilahkan dengan socius yang artinya berkawan, dan dari bahasa Arab disebut syaraka
yang artinya ikut serta berpartisipasi. Berdasarkan arti katanya,
masyarakat memang merupakan sekumpulan individu-individu yang saling
mengembangkan hubungan sosial (saling berinteraksi). Akan tetapi perlu
dimengerti bahwa tidak semua kesatuan individu yang saling berinteraksi
merupakan masyarakat. Salah seorang sosiolog yang membuat definisi dari
konsep masyarakat ini adalah Talcot Parson (Sunarto, 2000: 56), yang
mengartikan masyarakat sebagai sistem sosial yang swasembada (self-
subsistent), melebihi masa hidup individu normal dan merekrut anggota
secara reproduksi biologis serta melakukan sosialisasi terhadap generasi
berikutnya (mengenai definisi masyarakat dari Talcott Parson ini ada
beberapa kesamaan dengan karakteristik masyarakat sebagaimana yang
dikemukakan oleh Marion Levy). Masyarakat sendiri merupakan suatu jenis
sistem sosial yang lebih besar daripada institusi. Masyarakat ini
merupakan bangunan dari struktur social yang di dalamnya terdapat
status, peranan dan institusi. Masyarakat juga berbeda dengan komunitas.
Komunitas sendiri diartikan sebagai “suatu kesatuan hidup manusia, yang
menempati suatu wilayah yang nyata, dan yang berinteraksi menurut suatu
sistem adat istiadat, serta yang terikat oleh suatu rasa identitas
komunitas”.
Arti Definisi / Pengertian Pengendalian Sosial
Pengendalian
sosial adalah merupakan suatu mekanisme untuk mencegah penyimpangan
sosial serta mengajak dan mengarahkan masyarakat untuk berperilaku dan
bersikap sesuai norma dan nilai yang berlaku. Dengan adanya pengendalian
sosial yang baik diharapkan mampu meluruskan anggota masyarakat yang
berperilaku menyimpang / membangkang. Secara
rinci, beberapa faktor yang menyebabkan warga masyarakat berperilaku
menyimpang dari norma-norma yang berlaku adalah sebagai berikut (
Soekanto, 181:45)
1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan
4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.
1. Karena kaidah-kaidah yang ada tidak memuaskan bagi pihak tertentu atau karena tidah memenuhi kebutuhan dasarnya.
2. Karena kaidah yang ada kurang jelas perumusannya sehingga menimbulkan aneka penafsiran dan penerapan.
3. Karena di dalam masyarakat terjadi konflik antara peranan-peranan yang dipegang warga masyarakat, dan
4. Karena memang tidak mungkin untuk mengatur semua kepentingan warga masyarakat secara merata.
Fungsi Pengendalian Sosial
Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian sosial, yaitu :
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma.
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
c. Mengembangkan rasa malu
d. Mengembangkan rasa takut
e. Menciptakan sistem hukum
Koentjaraningrat menyebut sekurang-kurangnya lima macam fungsi pengendalian sosial, yaitu :
a. Mempertebal keyakinan masyarakat tentang kebaikan norma.
b. Memberikan imbalan kepada warga yang menaati norma.
c. Mengembangkan rasa malu
d. Mengembangkan rasa takut
e. Menciptakan sistem hukum
Tidak ada komentar:
Posting Komentar