PENDAHULUAN
1.
LATAR BELAKANG
Budaya
atau kebudayaan berasal dari bahasa Sansekerta yaitu buddhayah, yang merupakan
bentuk jamak dari buddhi (budi atau akal) diartikan sebagai hal-hal yang
berkaitan dengan budi dan akal manusia. Dalam bahasa inggris, kebudayaan
disebut culture, yang berasal dari kata latin Colere, yaitu mengolah
atau mengerjakan sebagai ”kultur” dalam bahasa Indonesia.
Definisi
Budaya adalah suatu cara hidup yang berkembang dan dimiliki bersama oleh sebuah
kelompok orang dan diwariskan dari generasi ke generasi. Menurut
Koentjaraningrat kebudayaan adalah keseluruhan sistem gagasan, tindakan, dan
hasil karya manusia dalam rangka kehidupan masyarakat yang dijadikan milik diri
manusia dengan belajar. Budaya terbentuk dari banyak unsur yang rumit, termasuk
sistem agama dan politik, adat istiadat, bahasa, pakaian, dan karya seni.
Kebudayaan
Indonesia bisa diartikan seluruh ciri khas suatu daerah yang ada sebelum
terbentuknya nasional indonesia, yang termasuk kebudayaan Indonesia itu adalah
seluruh kebudayaan lokal dari seluruh ragam suku-suku di Indonesia. Salah satu
kebudayaan yang harus dilestarikan di Indonesia adalah batik. Sejak Malaysia
pernah mengklaim bahwa batik berasal dari Malaysia, barulah bangsa Indonesia tersadar
dari mimpinya bahwa batik harus segera dilestarikan kembali keberadaannya. Dan
sejak saat itu banyak motif batik bermunculan kembali bahkan sudah menjadi tren
kalau batik merupakan pakaian khas bangsa Indonesia. Bahkan oleh UNESCO telah
ditetapkan bahwa batik sebagai Warisan Kemanusiaan untuk Budaya Lisan dan
Nonbendawi sejak 2 Oktober 2009.
PEMBAHASAN
2.1
PENGERTIAN
Kerajinan
batik ini di Indonesia telah dikenal sejak zaman Majapahit dan terus berkembang
hingga kerajaan berikutnya. Meluasnya kesenian batik menjadi milik rakyat
Indonesia dan khususnya suku Jawa ialah setelah akhir abad 18 atau awal abad 19.
Batik yang dihasilkan ialah batik tulis sampai awal abad 20 dan batik cap
dikenal baru setelah usai Perang Dunia I atau sekitar 1920. Kini batik sudah
menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia. Batik juga termasuk jenis
kerajinan yang memiliki nilai seni tinggi dan telah menjadi bagian dari budaya
Indonesia (khususnya Jawa) sejak lama. Perempuan-perempuan Jawa di masa lampau
menjadikan keterampilan mereka dalam membatik sebagai mata pencaharian,
sehingga di masa lalu pekerjaan membatik adalah pekerjaan eksklusif bagi kaum
perempuan. Semenjak
industrialisasi
dan globalisasi, yang memperkenalkan teknik otomatisasi, batik jenis baru
muncul, dikenal sebagai “Batik Cap dan Batik Cetak”, yang memungkinkan masuknya
laki-laki ke dalam bidang ini. Pengecualian bagi fenomena ini, yaitu batik
pesisir yang memiliki garis maskulin seperti yang bisa dilihat pada corak “Mega
Mendung”, dimana di beberapa daerah pesisir pekerjaan membatik adalah lazim
bagi kaum lelaki. Sementara batik tradisional
yang
diproduksi dengan teknik tulisan tangan menggunakan canting dan malam disebut
batik tulis. Tradisi membatik pada mulanya merupakan tradisi yang turun
temurun, sehingga kadang kala suatu motif dapat dikenal berasal dari batik
keluarga tertentu. Beberapa motif batik dapat menunjukkan status seseorang.
Bahkan sampai saat ini, beberapa motif batik tradisonal hanya dipakai oleh
keluarga keraton Yogyakarta dan Surakarta.
2.2
SEJARAH BATIK INDONESIA
Sejarah
batik yang tepat tidak dapat dipastikan tetapi artifak batik berusia lebih 2000
tahun pernah ditemui. Dari manapun asalnya, hasil seni ini telah menjadi
warisan peradaban dunia. Jenis corak batik tradisional tergolong amat banyak,
namun corak dan variasinya sesuai dengan filosofi dan budaya masing-masing daerah
yang amat beragam. Khas budaya Bangsa Indonesia yang demikian kaya telah
mendorong lahirnya berbagai corak dan jenis batik
tradisional
dengan ciri kekhususannya sendiri. Pemakaian batik dalam busana tradisi
mempunyai sejarah yang lama berlangsung dari zaman awal tamadun Melayu. Dipakai
oleh semua golongan, dari raja ke bangsawan sampai rakyat jelata, batik
dijadikan sebagai seni asli yang praktikal dan popular. Dalam tradisi penulisan
kain cindai misalnya disebut dalam banyak hikayat-hikayat silam. Batik menjadi
hadiah perpisahan dan perlambangan cinta dalam hikayat Malim Demam dan
dijadikan tanda penganugerahan derajat dalam Hikayat Hang Tua.
2.3
PERKEMBANGAN BATIK DI INDONESIA
Sejarah
pembatikan di Indonesia berkaitan dengan perkembangan kerajaan majapahit dan
kerajaan sesudahnya. Dalam beberapa catatan, pengembangan batik banyak
dilakukan pada masa-masa kerajaan Mataram, kemudian pada masa kerajaan Solo dan
Yogyakarta. Kesenian batik merupakan kesenian gambar di atas kain untuk pakaian
yang menjadi salah satu kebudayaan keluarga raja-raja Indonesia zaman dahulu. Awalnya
batik dikerjakan hanya terbatas dalam kraton saja dan hasilnya untuk pakaian
raja dan keluarga serta para pengikutnya.
Oleh karena banyak dari pengikut raja yang tinggal di luar kraton, maka
kesenian batik ini dibawah oleh mereka keluar kraton dan dikerjakan ditempatnya
masing-masing. Dalam perkembangannya lambat laun kesenian batik ini ditiru oleh
rakyat terdekat dan selanjutnya meluas menjadi pekerjaan kaum wanita dalam
rumah tangganya untuk mengisi waktu senggang. Selanjutnya, batik yang tadinya hanya
pakaian keluarga istana, kemudian menjadi pakaian rakyat yang digemari, baik
wanita maupun pria. Bahan kain putih yang dipergunakan waktu itu adalah hasil
tenunan sendiri. Sedangkan bahan-bahan pewarna yang dipakai terdiri dari
tumbu-tumbuhan asli Indonesia yang dibuat sendiri antara lain : pohon mengkudu,
soga, nila, dan bahan sodanya dibuat dari soda abu, serta garamnya dibuat dari
tanah lumpur. Jadi kerajinan batik di Indonesia telah dikenal sejak zaman
kerajaan Majapahit dan terus berkembang hingga kerajaan berikutnya. Adapun
mulai meluasnya kesenian batik ini menjadi milik rakyat Indonesia dan khususnya
suku Jawa ialah setelah akhir abad ke 18 atau awal abad ke 19. Batik yang
dihasilkan ialah semuanya batik tulis sampai awal abad ke 20 dan batik cap
dikenal baru setelah usai perang dunia kesatu atau sekitar tahun 1920. Kini
batik sudah menjadi bagian pakaian tradisional Indonesia.
2.4
MOTIF BATIK DI INDONESIA
Ragam
corak dan warna Batik dipengaruhi oleh berbagai pengaruh asing. Awalnya, batik
memiliki ragam corak dan warna yang terbatas, dan beberapa corak hanya boleh di
pakai oleh kalangan tertentu. Namun batik pesisir menyerap berbagai pengaruh
luar, seperti para pedagang asing dan juga para penjajah. Warna-warna cerah
seperti merah dipopulerkan oleh Tionghoa, yang juga mempopulerkan corak phoenix.
Batik tradisional tetap mempertahankan
coraknya,
dan masih dipakai dalam upacara-upacara adat, karena biasanya masing-masing
corak memiliki perlambangan masing-masing.
Adapun
jenis-jenis Batik Berdasarkan Corak / Motifnya yang ada di Indonesia
sampai
saat ini adalah sebagai berikut :
1.
Batik Pekalongan
Pasang
surut perkembangan batik Pekalongan, memperlihatkan pekalongan layak menjadi
ikon bagi perkembangan batik di Nusantara. Ikon bagi karya seni yang tak pernah
menyerah dengan perkembangan zaman dan selalu dinamis. Kini batik sudah menjadi
nafas kehidupan sehari-hari warga Pekalongan dan merupakan salah satu produk
unggulan. Hal ini disebabkan oleh banyaknya industri yang menghasilkan produk
batik. Karena terkenal dengan produk
batiknya,
Pekalongan dikenal sebagai Kota Batik. Julukan itu datang dari suatu tradisi
yang cukup lama berakar di Pekalongan. Batik Pekalongan termasuk batik pesisir
yang paling kaya akan warna. Sebagaimana ciri khas batik pesisir, ragam hiasnya
biasanya bersifat naturalis.
Jika
dibandingkan dengan batik pesisir lainnya Batik Pekalongan ini sangat dipengaruhi
pendatang keturunan China dan Belanda. Motif Batik Pekalongan sangat bebas, dan
menarik, meskipun sering kali dimodifikasi dengan variasi warna yang atraktif.
Tak jarang pada sehelai kain batik dijumpai hingga 8 warna yang bervariasi,
dengan kombinasi yang dinamis.
Keistimewaan
Batik Pekalongan adalah, para pembatiknya selalu mengikuti perkembangan zaman.
Misalnya pada waktu penjajahan jepang, maka lahir batik dengan nama ” Batik
Jawa Hokokai” yaitu batik dengan motif dan warna yang mirip kimono Jepang. Pada
tahun enam puluhan juga diciptakan batik dengan nama ”Tritura”. Bahkan pada
tahun 2005, sesaat setelah presiden SBY diangkat muncul batik dengan motif
”SBY” yaitu motif batik yang mirip dengan kain tenun ikat dan songket. Warga
Pekalongan tidak pernah kehabisan ide untuk membuat kreasi motif batik.
2.
Batik Mega Mendung
Hampir
di seluruh wilayah Jawa memiliki kekayaan budaya batik yang khas. tentu saja
ada daerah-daerah yang lebih menonjol seperti Solo, Yogya, dan Pekalongan. tetapi
kekayaan seni batik daerah Cirebon juga tidak kalah dibanding kota-kota
lainnya. Menurut sejarahnya, di daerah cirebon terdapat pelabuhan yang ramai disinggahi
berbagai pendatang dari dalam maupun luar negri. Salah satu pendatang yang
cukup berpengaruh adalah pendatang dari Cina yang membawa kepercayaan dan seni
dari negerinya. Dalam Sejarah diterangkan bahwa Sunan Gunung Jati yang
mengembangkan ajaran Islam di daerah Cirebon menikah dengan seorang putri Cina
Bernama Ong TIe. Istri beliau ini sangat menaruh perhatian pada bidang seni,
khususnya keramik. Motif-motif pada keramik yang dibawa dari negeri cina ini
akhirnya mempengaruhi motif-motif batik hingga terjadi perpaduan antara
kebudayaan Cirebon-Cina. Salah satu motif yang paling terkenal dari daerah
Cirebon adalah batik Mega
Mendung
atau Awan-awanan. Pada motif ini dapat dilihat baik dalam bentuk maupun
warnanya bergaya selera cina. Motif Mega Mendung melambangkan pembawa hujan
yang di nanti-natikan sebagai pembawa kesuburan, dan pemberi kehidupan. Motif
ini didominasi dengan warna biru, mulai biru muda hingga biru tua. Warna biru
tua menggambarkan awan gelap yang mengandung air hujan, pemberi kehidupan, sedangkan
warna biru muda melambangkan semakin cerahnya kehidupan.
3.
Batik motif Truntun
Boleh
dibilang motif Truntum merupakan simbol dari cinta yang bersemi kembali.
Menurut kisahnya, motif ini diciptakan oleh seorang Ratu Keraton Yogyakarta. Sang
Ratu yang selama ini dicintai dan dimanja oleh Raja, merasa dilupakan oleh Raja
yang telah mempunyai kekasih baru. Untuk mengisi waktu dan menghilangkan
kesedihan, Ratu pun mulai membatik. Secara tidak sadar ratu membuat motif
berbentuk bintang-bintang di langit yang kelam, yang selama ini menemaninya
dalam kesendirian. Ketekunan Ratu dalam membatik menarik perhatian Raja yang
kemudian mulai mendekati Ratu untuk melihat pembatikannya. Sejak itu Raja
selalu memantau perkembangan pembatikan Sang Ratu, sedikit demi sedikit kasih
sayang Raja terhadap Ratu tumbuh kembali. Berkat motif ini cinta raja bersemi
kembali atau tum-tum kembali, sehingga motif ini diberi nama Truntum,
sebagai lambang cinta Raja yang bersemi kembali.
4.
Batik Jlamprang
Motif
– motif Jlamprang atau di Yogyakarta dengan nama Nitik adalah salah satu batik
yang cukup popular diproduksi di daerah Krapyak Pekalongan. Batik ini merupakan
pengembangan dari motif kain Potola dari India yang berbentuk geometris kadang
berbentuk bintang atau mata angin dan menggunakan ranting yang ujungnya
berbentuk segi empat. Batik Jlamprang ini diabadikan menjadi salah satu jalan
di Pekalongan.
5.
Batik Pengantin
Setiap
motif pada batik tradisional klasik selalu memiliki filosofi tersendiri. Pada
motif Batik, Khususnya dari daerah jawa tengah, terutama Solo dan Yogya, setiap
gambar memiliki makna. Hal ini ada hubungannya dengan arti atau makna filosofis
dalam kebudayaan Hindu-Jawa. Pada motif tertentu ada yang dianggap sakral dan
hanya dapat dipakai pada kesempatan atau peristiwa tertentu, diantaranya pada
upacara perkawinan. Motif Sido-Mukti biasanya dipakai oleh pengantin
pria dan wanita pada acara perkawinan, dinamakan juga sebagai Sawitan (sepasang).
Sido berarti terus menerus atau menjadi dan mukti berarti hidup
dalam berkecukupan dan kebahagiaan. jadi dapat disimpulkan motif ini
melambangka harapan akan
masa
depan yang baik, penuh kebahagiaan unuk kedua mempelai. Selain Sido Mukti terdapat
pula motif Sido Asih yang maknanya hidup dalam kasih sayang. Masih ada
lagi motif Sido Mulyo yang berarti hidup dalam kemuliana dan Sido Luhur
yang berarti dalam hidup selalu berbudi luhur. Ada pula motif yang bukan sawitan
kembar, tetapi biasanya dipakai pasangan
pengantin
yaiu motif Ratu Ratih berpasangan dengan Semen Rama, yang melambangkan
kesetiaan seorang istri kepada suaminya. Sebenarnya masih banyak lagi motif
yang biasa dipakai pasangan pengantin, semuanya diciptakan dengan melambangkan
harapan, pesan, niat dan itikad baik kepada pasangan pengantin. Pada Upacara
Perkawinan Orang tua pengantin biasanya memakai motif Truntum yang dapat
pula berarti menuntun, yang maknanya menuntun kedua mempelai dalam memasuki
liku-liku kehidupan baru yaitu berumah tangga. Dikenal juga motif Sido
Wirasat, wirasat berarti nasehat, dan pada motif ini
selalu
terdapat kombinasi motif truntum di dalamnya, yang melambangkan orangtua akan
selalu memberi nasehat dan menuntun kedua mempelai dalam memasuki kehidupan
berumahtangga.
6.
Batik Tiga Negeri
Kerumitan
membuat sepotong batik tulis ternyata masih belum cukup jika kita tahu sejarah
motif Batik Tiga Negeri. Motif Batik Tiga Negeri merupakan gabungan batik khas
Lasem, Pekalongan dan Solo, pada jaman kolonial wilayah memiliki otonomi
sendiri dan disebut negeri. Mungkin kalau hanya perpaduan motifnya yang khas
masing-masing daerah masih wajar dan biasa, tetapi yang membuat batik ini
memiliki nilai seni tinggi adalah prosesnya. Konon menurut para pembatik, air
disetiap daerah memiliki pengaruh besar terhadap pewarnaan, dan ini masuk akal
karena kandungan mineral air tanah berbeda menurut letak geografisnya. Maka
dibuatlah batik ini di masing-masing daerah. Pertama, kain batik ini dibuat di
Lasem dengan warna merah yang khas, seperti merah darah, setelah itu kain batik
tersebut dibawa ke Pekalongan dan dibatik dengan warna biru, dan terakhir kain
diwarna coklat sogan yang khas di kota Solo. Mengingat sarana transportasi pada
zaman itu tidak sebaik sekarang, maka kain Batik Tiga Negeri ini dapat
dikatakan sebagai salah satu masterpiece batik.
7.
Batik Pagi Sore
Desain
batik pagi sore mulai ada pada jaman penjajahan Jepang. Pada waktu itu karena
sulitnya hidup, untuk penghematan, pembatik membuat kain batik pagi sore. Satu
kain batik dibuat dengan dua desain motif yang berbeda. Sehingga jika pada pagi
hari kita menggunakan sisi motif yang satu, maka sore harinya kita dapat
mengenakan motif yg berbeda dari sisi kain yang lainnya,jadi terkesan kita
memakai 2 kain yang berbeda padahal hanya 1 lembar kain. Tentu saja sekarang
jarang sekali orang yang memakai kain kebaya untuk sehari-hari, tetapi motif
pagi/sore masih banyak di buat pada produk batik lainnya. Biasanya kain sutra
ada yang dibuat 2 motif pada satu lembar kain jadi dapat dibuat dua baju, ada
pula scarf yang biasa dipakai untuk jilbab, dibuat setengah polos dan setengah
motif. Batik pagi sore memang alternatif untuk memiliki ragam batik dengan
biaya terbatas.
Jenis-jenis
Batik Berdasarkan Tekniknya adalah sebagai berikut :
a.
Batik
Tulis adalah kain yang dihias dengan teksture dan corak
batik menggunakan tangan. Pembuatan batik jenis ini memakan waktu kurang lebih 2-3
bulan.
b. Batik Cap adalah
kain yang dihias dengan teksture dan corak batik yang dibentuk dengan cap (
biasanya terbuat dari tembaga). Proses pembuatan batik jenis ini membutuhkan
waktu kurang lebih 2-3 hari.
c.
Batik
Lukis adalah proses pembuatan batik dengan cara langsung
melukis pada kain putih.
PENUTUP
KESIMPULAN
Kesimpulan
yang bisa kita ambil dari banyak kasus klaim kebudayaan Indonesia dan
penghargaan dari UNESCO adalah bahwa bangsa yang dihargai adalah bangsa yang
memelihara budayanya, bukan sebagai yang menciptakan pertama kalinya. Akhirnya
dunia mengakui batik merupakan salah satu warisan umat manusia yang dihasilkan
oleh bangsa Indonesia. Pengakuan serta penghargaan itu akan disampaikan secara
resmi oleh United Nations Educational, Scientific, and Culture Organization
(UNESCO). Pengakuan dilakukan pada 28 September 2009 dan penghargaan resmi pada
2 Oktober 2009 di Abu Dhabi. Pengakuan UNESCO itu diberikan terutama karena
penilaian terhadap keragaman motif batik yang penuh makna filosofi mendalam.
Penghargaan itu juga diberikan karena pemerintah dan rakyat Indonesia juga
dinilai telah melakukan berbagai langkah nyata untuk melindungi dan
melestarikan warisan budaya itu secara turun-menurun. Sebagai bentuk apresiasi
terhadap Batik Indonesia, Presiden SBY meminta kepada seluruh warga negara
Indonesia untuk memulai memakai batik pada hari ini. Semoga ini menjadi awal
yang baik, untuk selalu nguri-uri kebudayaan Indonesia. Tidak ada kata
terlambat untuk memulai sesuatu yang baik.
Setelah
proses pengakuan ini apa yang harus dilakukan oleh masyarakat dan bangsa
Indonesia selaku pemilik sah batik? Apakah akan membiarkannya begitu saja? Ada
banyak cara yang bisa kita lakukan sekaligus mempromosikan batik secara kontiniu,
dengan memakai batik sebagai busana kita sehari-hari. Disamping untuk menghidupkan
industri batik secara tidak langsung, kita ikut menjaga kebudayaan Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Deddy Mulyana dan Jalaluddin Rakhmat. Komunikasi
Antarbudaya:Panduan
Berkomunikasi dengan Orang-Orang Berbeda Budaya. 2006. Bandung:Remaja
Rosdakarya.
. Koentjaraningrat.
Manusia dan kebudayaan. 1985. Jakarta: Gramedia
. Koentjaraningrat.
Pengantar ilmu Antropologi.2002 .Jakarta: PT RINEKA CIPTA
www.wikipedia.com
www.google.com